Belajar menerima kenyataan dan mengikhlaskan

Belajar menerima kenyataan dan mengikhlaskan

Seorang teman pernah menasehatkan kalimat seperti itu. Terasa sekali benarnya. Tidak ada yang salah. Belajar menerima kenyataan dan mengikhlaskan akan melapangkan hati kita. Tapi terasa juga beratnya melakukan nasehat tersebut. Begitulah. Pengetahuan akan suatu kebenaran tidak selalu membawa pada pelaksanaan perbuatan. Lebih simplenya, kita tau teorinya tapi sulit untuk mempraktekannya.

Belajar menerima kenyataan dan mengikhlaskan

Bagaimana kalau kenyataan itu begitu pahit? bukankah wajar bila lidah kita ini sulit menerima? Sulit kita ikhlaskan.

Kadang kala logika tidak sejalan dengan hati. Kadang kala, Logika tahu benar kebenarannya seperti ini, bijaksananya seperti ini, tapi kadang hati tidak mau mengikuti. Kadang, hati punya mekanismenya sendiri. Entahlah.

Mungkin karena itulah teman saya itu menyematkan kata "Belajar" di awal kalimat. Bahwa menerima kenyataan dan mengikhlaskan itu tidak selalu mudah, maka kita harus pelan-pelan belajar.

Bahwa segala sesuatu adalah karena KehendakNya...

Bahwa kenyataan ini adalah skenario yang dipilihkan Tuhan untuk kita untuk menjadikan kita kuat...

Tuhan memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Tuhan mempertemukan orang yang kita sayangi dan menyayangi kita, yang kita cintai dan mencintai kita, yang kita benci dan membenci kita, yang membahagiakan kita, yang mengecewakan kita, yang membuat kita sedih dan terluka. Semata-mata untuk melengkapkan kita. Bahwa kehidupan tidak akan selalu manis. Bahwa kita juga sesekali harus mencicipi pahit dan sepah kehidupan.Tuhan tahu yang terbaik untuk hambanya.

kita hanya perlu

Belajar menerima kenyataan dan mengikhlaskan

050911

Pagi yang gelisah. Berlalulah!

posted under | 1 Comments

Kilometer

Pada kilometer yang kubentangkan, sedang ingin kunikmati aroma-aroma lupa.
Mungkin bebauan di sana bisa menjadi semacam aroma terapi bagi gelisah.
Mungkin udara yang berbeda dapat menerobos masuk dan melapangkan dada.
Mungkin pada sekian jarak segalanya akan menjadi baik-baik saja.
Tanpa saling mendengar lagi.
Tanpa saling bicara lagi.
Tanpa saling melihat lagi.
Segalanya...
Akan lebih mudah...
Semoga...

060911

Surabaya lebih aman bagi hatiku. Kukira.

Masokis Perasaan


Aku menyebutmu seorang masokis perasaan. Lupakan tentang tata bahasa karena bagiku istilah itu telah sempurna. Kau yang kini diam di hadapanku. Kau yang menatap lama pada satu titik yang jika kutelusuri lurus matamu akan jatuh pada sebuah dunia asing yang tak kutahu. Kau yang selalu tersesat pada duniamu sendiri.

Aku berada tepat di hadapanmu. Jarak kita hanya beberapa senti. Tapi aku tak pernah mengerti.
Sudah hampir setahun dia pergi. Sudah setahun dia menghilang begitu saja. Sudah setahun sejak tragedi luka itu. Sudah setahun tapi kau masih tak juga pergi dari masa lalu yang menyakitkan itu. Kau terus mengingatnya, melamunkan, dan memutar-mutar di kepala. Entah untuk yang ke berapa ribu kali dan entah untuk apa. Aku curiga kau sudah kecanduan masa lalu.

Masokis perasaan, itu vonis terakhir yang kujatuhkan untukmu. Dan kau tak pernah menolaknya. Kau hanya diam saat aku mencacimu seperti itu. Dan bukankah diam artinya setuju?

Kau yang suka sekali berenang dalam luka. Ya! Berenang...bukan tenggelam...karena aku merasa kau menikmati segala lukamu. Kau yang memelihara perasaan sakitmu seperti memelihara ikan di akuarium. Terus kau beri makan hingga mereka tumbuh dan berkembang. Kau yang tidak hanya duduk di dekat sumber kesedihanmu, tapi juga saling bicara dan saling memeluk. Kau yang tak pernah berusaha keluar dari semua ini.

Kau yang dia jatuhkan di jurang. Semua orang mengulurkan tangan, menurunkan tali, menyiapkan tangga. Beberapa orang menawarkan hatinya. Tapi kau tak pernah meraih itu semua. Kau lebih suka di sana. Duduk dalam kegelapan. Sendirian.

Jujur saja aku mulai bosan dan putus asa. Aku mulai jengah melihatmu terus menerus menangis. Terus menerus sakit, diam dan menghampa. Aku mulai merindukan kau yang tersenyum. Kau yang ceria. Kau yang tertawa. Kau yang bebas dan menari. Kemana semua itu pergi?

Sekali lagi kutatap matamu. Sembab. Pasti karena semalam kau habis-habisan memeras lagi kantung airmatamu. Wajahmu layu dan kaku. Kau sudah seperti mayat hidup.

Tiba-tiba aku ingin sekali menggoyang-goyang tubuhmu hingga kau bangun. Menampar wajahmu agar kau sadar. Dan menarikmu paksa dari kesedihan yang kau pelihara. Tapi aku tak pernah bisa.

Aku, yang mereka namakan Logika tak pernah bisa menyembuhkanmu.
Kau yang kini di hadapanku terpisahkan oleh batas yang entah apa.

280811

posted under | 0 Comments

One Last Breath

One Last Breath

Oleh Lucia Dwi E

Matahari merangkak ke barat. Langit sedang dipoles indah. Merah, ungu, oranye, kuning, abu-abu. Taman ini mulai sepi. Bocah-bocah yang sedari tadi bermain dengan patung gajah dan bak pasir sekarang sudah pulang. Suara-suara tawapun menyirna. Sepi. Tinggal aku dan seorang penjual balon yang berpakaian badut dengan hidung merah dan bokong besarnya. Dan kurasa sebentar lagi dia juga akan meninggalkan taman ini. Maka sempurnalah kesepianku.

Haha…Sepi itu sudah menjelma menjadi bayanganku sendiri. Aku jatuh, jungkir balik, tertawa, menangis, meraung dalam sepi dan sendiri. Tidak perlu lagi rasa kasihan untukku. Aku telah penuh dengan rasa mengasihani diri sendiri. Aku adalah makhluk paling menyedihkan di dunia. Aku makhluk paling kesepian di dunia. Semua ini karena kepergian satu orang. Satu orang yang kucintai sampai hampir gila. Tapi dia pergi. Dia memutuskan untuk pergi.

Satu bulan dan aku seperti mayat hidup. Aku dengar orang-orang mulai mengira aku gila. Mereka aneh! Siapa yang gila? Aku ini masih sadar. Masih seratus persen waras.

Badut itu tiba-tiba berjalan menghampiriku dan menyodorkan satu balon berwarna merah sambil tersenyum. Mulutnya yang lebar semakin lebar saja. Aku menerima balon merah itu tanpa ekspresi apapun. Dan dia langsung pergi dan berlalu. Apakah wajahku sekarang separah itu? Apakah wajahku sekarang terlihat seperti orang yang sangat menyedihkan? Yang pantas dikasihani? Hingga badut itu mencoba menghiburku dengan sebuah balon berwarna merah? Kupeluk erat-erat balon merah itu dan kurasakan hatiku bergejolak. Gelisah dan meletup-letup. Aku seperti ingin meledak. Sudah sebulan kutahan-tahan. Kerinduan yang berpadu dengan sepi, rasa takut, kesedihan dan kecemasan. Inikah titik kulminasi perasaan. Aku merindukannya. Sangat . Rindu? Ah! Kenapa kata-kata ini terdengar menyakitkan sekarang?

To : 08565500…

Tolong datang sekarang. Aku ingin jatuh.

Message sent

Semenit, dua menit, lima menit, tiga puluh menit, satu jam, dua jam, tiga jam.

Sudah malam dan tak ada balasan. Dia sudah tidak peduli. Dia sudah melupakanku.

To: 08565500…

Datanglah. Kalau tidak aku benar-benar jatuh.

Message sent

Semenit, dua menit, lima menit, tiga puluh menit, satu jam, dua jam, tiga jam.

Sudah hampir larut malam. Dan tidak ada balasan. Berarti dia mengamini kejatuhanku. Dia ingin aku jatuh. Aku tahu sakarang. Baiklah jika itu yang kau inginkan.

* * *

Don't know, don't know if I can do this on my own
Why do you have to leave me?
It seems I'm losing something deep inside of me
Hold on, hold onto me

00.51 handphoneku tiba-tiba menyanyi. 08565500…itu nomernya! Dia membalas. Hatiku hampir meledak saat membuka pesan darinya.

Berhentilah menggangguku. Temukan jalanmu sendiri. Aku sudah tidak mencintaimu.

Berhentilah menggangguku. Temukan jalanmu sendiri. Aku sudah tidak mencintaimu. Kombinasi tiga kalimat yang mampu mengiris-iris hatiku. Perih..perih sekali rasanya. Aku seperti lebih dari sekedar terluka dan berdarah.

Baiklah! Aku akan menemukan jalanku sendiri. Mungkin memang takdirku adalah jatuh. Dan tempat aku menuju tidak lain adalah tempat bernama nowhere. Tak ada lagi tempat bagi orang yang telah hancur sepertiku selain nowhere. Aku akan kesana. Besok aku akan kesana. Nowhere telah menungguku.

* * *

To : 08565500…

Besok saat senja telah berpulang. Saat matahari sampai pada persembunyiaannya. Jangan mencariku lagi. Karena aku mungkin sudah berada di tempat bernama nowhere. Dan kamulah satu-satunya alasan yang membuatku ingin pergi kesana.

Message sent

* * *

Maka di sinilah aku berada. Di tepi gerbang ke tempat bernama nowhere. Aku takut sebenarnya. Aku sangat takut. Tapi aku lebih takut hidup dalam kesepian dan hati yang penuh lubang. Maka di sinilah. Satu meter dari tempat bernama nowhere dan pada ketinggian 30 meter. Tempat ini sangat cukup untuk membawaku pergi selamanya.

Gedung tinggi ini tepat berada di depan taman dimana biasa menunggu senja. Letaknya di pusat kota dan dikelilingi jalanan yang ramai. Seorang gadis yang tiba-tiba berada di puncak gedung dan hanya beberapa meter dari tepi pasti akan menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang. Maka memang tidak lama waktu antara aku berdiri di tepi dan orang-orang yang berkerumun melihat ke atas. Melihatku. Sebentar lagi seorang gadis akan berakrobat jatuh dari gedung. Akrobat yang akan mengantarkannya ke tempat bernama nowhere. Orang-orang di bawah pasti sudah menunggu pertunjukan ini. Mereka pasti sudah bosan dengan rutinitas. Hidup yang datar dan stagnan. Dan hiburan seperti ini yang mereka butuhkan. Menyenangkan sekali saat menyadari aku sendirilah yang akan menghibur mereka.

Satu langkah aku mendekati tepi. Di bawah semakin banyak orang yang berkumpul. Dari sini tidak begitu jelas ekspresi wajah mereka. Entah mereka cemas, bingung, heran, atau mereka menertawakanku? Menertawakan kebodohanku? Hei! Aku ini sedang menghibur kalian. Kulihat sekeliling, tukang balon berpakaian badut berdiri di depan taman. Dia melihat ke atas. Melihatku. Ah! Aku bahkan belum berterima kasih kepadanya atas hadiah balon merah kemarin.

Sebentar lagi aku akan menuju tempat bernama nowhere. Sebentar lagi rohku akan melayang dari ragaku. Sebentar lagi dan kuharap dia datang mencegahku. Menangkap tanganku dan berkata “Kau tidak boleh jatuh. Kau tidak boleh pergi. Aku mencintaimu. Sangat”. Tapi semua itu hanya sekedar angan-angan yang mustahil menjelma kenyataan. Dia tidak akan datang. Aku tahu dia tidak akan datang. Aku sudah menjadi bukan siapa-siapa bahkan bukan apa-apa. Ketidakpeduliannya sudah menyempurna. Dia sudah tidak peduli padaku. Meskipun aku mati. Takdirku memang jatuh.

Orang-orang semakin banyak berkerumun. Aku maju selangkah lagi. Kini jarakku hanya 30 centi dari tepi. Kulihat wajah-wajah semakin panik bahkan beberapa berteriak histeris. Senja sudah hampir menghilang. Warna merahnya perlahan pudar dan mengabu. Badut penjual balon itu sudah meninggalkan taman. Dia mungkin tidak tertarik dengan akrobat yang aku lakukan. Biarlah.

“Nona, tolong jangan lakukan itu. Hidup anda berharga Nona.” Aku menoleh ke belakang. Tiga orang laki-laki sudah ada di atas. Hanya beberapa meter dari tempatku berdiri. Aku tersenyum sinis. Kalian tidak tahu apa-apa tentang hidupku.

“Nona, keluarga anda pasti sedih melihat anda seperti ini!” Bah! Keluaga yang mana. Aku ini sebatang kara. Tidak aka nada yang kehilangan bila aku mati. Tidak aka nada yang menangisiku.

“Pergi kalian! Kalian tidak akan bisa mencegahku melakukan ini!”

Aku mulai merentangkan tanganku. Menutup mataku dan menghitung dari sepuluh.

Sepuluh….

Sembilan…

Delapan…aku merasakan malaikat maut sudah dekat

Tujuh…dia semakin dekat

Enam…dekat

Lima…lebih dekat

Empat…semakin dekat

Tiga…sebentar lagi. Aku menghirup napas terakhirku dalam-dalam.

Dua…dia menjauh. Dia menjauh. Seseorang menangkap tanganku dan menarikku menjauh dari tepi. Lancang! Siapa yang berani-berani melakukannya! Siapa yang berani mengusir malaikat maut itu. Kubuka mataku dan kudapati sesosok berhidung merah, wajah putih, bibir lebar dan dengan perut yang menggembung. Badut ini! Berani beraninya dia!

“Kau! Kau kira apa yang kau lakukan. Aku ingin mati. Jangan mencegahku!” aku memakinya dengan segera. Badut itu malah tertawa.

“Nona. Dunia ini sudah lucu. Sudah penuh dengan badut-badut yang melucu. Kau tidak perlu jadi badut untuk menghibur orang-orang.” Badut itu tertawa. Tertawa makin keras. Mulut lebarnya semakin dan semakin lebar. Aku mulai muak dengannya.

Kutampar wajahnya yang menjengkelkan itu. Gagal sudah aku menuju tempat bernama nowhere hari ini. Gagal sudah acara akrobatku.

“Lain kali aku akan mati. Dan kau tidak akan bisa mencegahku lagi.”

Badut itu tertawa lagi. Hahahaha! Makin keras….haahahha!! Makin keras! Dan makin keras. Aku semakin muak melihat wajahnya.

Masih ada esok untuk mati.

Please come now I think I'm falling
I'm holding on to all I think is safe
It seems I found the road to nowhere
And I'm trying to escape
I yelled back when I heard thunder
But I'm down to one last breath
And with it let me say
Let me say

Hold me now
I'm six feet from the edge and I'm thinking
maybe six feet
Ain't so far down

I'm looking down now that it's over
Reflecting on all of my mistakes
I thought I found the road to somewhere
Somewhere in His grace
I cried out heaven save me
But I'm down to one last breath
And with it let me say
Let me say

Hold me now
I'm six feet from the edge and I'm thinking
maybe six feet
Ain't so far down

Sad eyes follow me
But I still believe there's something left for me
So please come stay with me
'Cause I still believe there's something left for you and me
For you and me
For you and me

(Creed – One Last Breath)

posted under | 0 Comments

I’ve Learned

I’ve Learned
by Omer B. Washington

I’ve learned that you cannot make someone love you.
All you can do is be someone who can be loved.
The rest is up to them.
I’ve learned that no matter how much I care,
some people just don’t care back.
I’ve learned that it takes years to build up trust
and only seconds to destroy it.
I’ve learned that it’s not what you have in your life
but who you have in your life that counts.
I’ve learned that you can get by on charm for about fifteen minutes.
After that, you’d better know something.

I’ve learned that you shouldn’t compare yourself
to the best others can do,
but to the best you can do.
I’ve learned that it’s not what happens to people,
It’s what they do about it.
I’ve learned that no matter how thin you slide it,
there are always two sides.
I’ve learned that you should always have loved ones with loving words.
It may be the last time you’ll see them.
I’ve learned that you can keep going
long after you think you can’t.

I’ve learned that heroes are the people who do what has to be done
When it needs to be done,
regardless of the consequences.
I’ve learned that there are people who love you dearly,
but just don’t know how to show it.
I’ve learned that sometimes when I’m angry I have the right to be angry,
but that doesn’t give me the right to be cruel.
I’ve learned that true friendship continues to grow even over the longest distance.
Same goes for true love.
I’ve learned that just because someone doesn’t love you the way you want them to
doesn’t mean they don’t love you with all they have.

I’ve learned that no matter how good a friend is,
they’re going to hurt you every once in a while
and you must forgive them for that.
I’ve learned that it isn’t always enough to be forgiven by others.
Sometimes you have to learn to forgive yourself.
I’ve learned that no matter how bad your heart is broken,
the world doesn’t stop for your grief.
I’ve learned that our background and circumstances may have influenced who we are,
but we are responsible for who we become.
I’ve learned that just because two people argue, it doesn’t mean they don’t love each other.
And just because they don’t argue, it doesn’t mean they do.

I’ve learned that sometimes you have to put the individual
ahead of their actions.
I’ve learned that two people can look at the exact same thing
and see something totally different.
I’ve learned that no matter the consequences,
those who are honest with themselves go farther in life.
I’ve learned that your life can be changed in a matter of hours
by people who don’t even know you.
I’ve learned that even when you think you have no more to give,
when a friend cries out to you,
you will find the strength to help.

I’ve learned that writing,
as well as talking,
can ease emotional pains.
I’ve learned that the people you care most about in life
are taken from you too soon.
I’ve learned that it’s hard to determine where to draw the line between being nice
and not hurting people’s feelings and standing up for what you believe.
I’ve learned to love
and be loved.
I’ve learned…

posted under | 0 Comments

Persengkongkolan Kejahatan

Kenapa kalian terus saja bersengkongkol dengan kejahatan-kejahatan?
Kenapa kalian terus saja menyebar kesakitan-kesakitan?
Apakah makna luka dan airmata telah lenyap di mata kalian?
Masihkan kalian menyimpan sesuatu bernama hati?
Masihkah kalian mempunyainya?
Aku tidak yakin.
Sungguh

: kepada F
: kepada W
: kepada persengkongkolan kejahatan

posted under , | 1 Comments

Dropping Rain


Smiling as you say goodbye,

you said to me "be happy, as though nothing was wrong"

looking my back as I walked away

I prayed I wouldn't cry because of you

if I see the flowing tears

You can leave

I can let you go

because the rain was falling

it was really ok

I couldn't see my tears,

it was ok

it's all right

I couldn't hold you back

cause the rain that could wiped out all the painfull memories in my heart was falling down

time passed, I thought I could forget

it seemed as if nothing was alive

looking your back while you walk alone

even today the rain fall down

I tried to stop

my tears that were flowing

but it's not possible for you to make me smile

because the rain was falling

it was really ok

I couldn't see my tears

it was ok

it's allright

I couldn't hold you back

'cause the rain that could wiped out all the painful memories in my heart was falling down'

just go

just leave

I'll say this words to your heart

Because my heart was crying and the rain was falling

because my heart was crying

my tears falls down

because I loved you

I couldn't hold you back

I'll Embrace the sorrow in my clear and life

I thought I may become the rain


*OST Personal Taste dengan sedikit perubahan ^^


posted under | 0 Comments

Jatuh

Beginikah rasanya jatuh?

Tiba-tiba saja.

Cepat saja.

Dan tiba-tiba kakimu terkilir dan terluka.

Awalnya tidak sakit.

Tapi lama kelamaan sakit itu mulai terasa.

Dan kau susah untuk berjalan.

Dan terasa nyeri di kakimu.

Kamupun sulit melangkah.

Dan mencoba mencari pegangan.

Tapi kadang pegangan itu tidak ada.

Tapi kau harus terus berjalan.

Kau harus tetap melangkah.

Karena kau tidak ingin hanya diam dan stagnan.

Karena kau ingin berpindah.

Sesakit apapun yang kau rasa.

Kau harus tetap berjalan.

*Setelah jatuh dari tangga, kaki kananku nyeri dan sulit digerakkan. Tapi aku harus terus berjalan kan?

240711

posted under | 0 Comments

Sesungguhnya Saya Hanya Merasa Takut

Sekarang saya sadar.
Sesungguhnya saya tidak pernah benar-benar membencinya.
Saya menjauh dan pergi.
Saya tidak mau mendengar suaranya lagi.
Saya tidak mau bertemu dengannya lagi.
Semuanya karena saya takut.
Saya takut mencintainya lagi.
Saya hanya takut.
Dan perasaan inipun menjadi sangat rumit.
Antara kerinduan dan keinginan melupakan.
Antara mendendam dan memaafkan.
Antara cinta dan benci.
Mendadak saya tidak bisa memilih.
Mendadak saya buta akan perasaan saya sendiri.
Semuanya menjadi rumit dan semakin rumit.

posted under | 0 Comments

Persis

Saya tak mau bertemu dengan seseorang walau saya merindukannya dengan sangat, hanya karena jika saya melihatnya lagi, saya takut kehilangan lagi.
(Fajar Nugros - Si Badut, Orang Gila dan Bapak Presiden)

Dilarang Kangen!!

Dari tadi dia itu mondar-mandir di kamarnya. Duduk, berdiri, tidur, berdiri lagi, duduk lagi, tidur lagi. Semua itu dia lakukan berulang-ulang. Ada gelisah yang sedang bertempat tinggal di hatinya. Ada sekumpulan resah yang memukul-mukul dadanya. Perasaannya sedang tidak tenang.


Rindu.

Kata-kata itu tiba-tiba muncul lagi di hatinya. Sudah begitu lama dan hampir saja hatinya membeku. Tapi sekarang tiba-tiba kebekuan itu mencair lagi entah oleh apa dan entah bagaimana. Tiba-tiba saja.

Rindu itu perasaan yang manusiawi, dia sangat sadar hal itu. Tapi kerinduannya kali ini terasa begitu salah. Dia membencinya. Dia membenci dirinya sendiri yang selalu seperti ini.


Tapi pada dasarnya rindu itu sesuatu yang manusiawi kan?

Karena kita berperasaan maka kita punya kerinduan. Iya kan?

Jadi apakah sebentuk hati salah bila merindukan?

Salahkah?



how many times ? i alone in here

thinking about you when i should be with you my dear

don't understand why i put myself through all this pain

when you're the reason why i sit here going insane

and i tried my best not to think of the past

but i won't forget what we both use to call true love

when i wake up in the morning and [s]he's not here

i just can't accept the fact that these are my tears


and i hate missing you, i hate missing you

tried to block it out my mind but it's just a waste of time

because i'm missing you, yes i do i hate missing you


memories of you just won't seem to go away

i tried to block it out every single day

my heart is heavy with the things that you use to say

now in the back of my mind the argument just replays

and i tried my best not to think of the past

but i won't forget what we both use to call true love

when i wake up in the morning and she's not here

i just can't accept the fact that these are my tears


and i hate missing you, i hate missing you

tried to block it out my mind but it's just a waste of time

because i'm missing you, yes i do i hate missing you

(Corte Ellis - I Hate Missing You)

posted under | 0 Comments

Ibunya Sudah Tidak Ada

Pagi ini jam 07.45 handphone saya berdering. Nada dering nostalgia yang selalu saja mengagetkan. Kring! kring! kring! Waktu itu saya sedang sarapan pagi di bawah sedangkan handphone saya berada di atas. Maka tanpa pikir panjang saya berlari-lari membawa piring saya ke atas dan segera melihat siapa yang menelpon.
0856553005xx nomer itu lagi. Nomer yang sampai kapanpun saya tidak akan pernah mau bicara dengannya. Maka dengan ketus saya menekan tombol tolak. Maka berhentilah suara dering nostalgia itu. Dan beberapa saat kemudian sebuah pesan masuk.
"Chi ibuku ga da Chi" sebuah pesan dengan nomor yang sama.
Ibunya ga ada? meninggal? Saya masih ragu akan kebenaran kata-katanya mengingat betapa seringnya dia membohongi saya. Maka sayapun membalas pesan tersebut.
"
G da kmn?" Pertanyaan yang terkesan bodoh kan? Tapi saya takut dia tipu lagi.
"
Di panggil yang di atas" jawabnya. Ternyata benar. Ibunya meninggal. Maka sayapun membalas.
"
Innalillahi wa inaillahirojiun. aku turut bersedih" itu saja.
"
Makasih cih" itu sms terakhirnya dan saya tidak membalasnya lagi.

Kau yang disana, pemilik nomor telepon itu. Maaf aku tidak akan datang ke rumahmu untuk mengucapkan bela sungkawa. Bukannya aku jahat. Bukan aku tidak berperasaan. Justru karena aku sangat berperasaan dan aku sangat peka. Aku tidak bisa datang. Aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku tidak bisa dan tidak mau bertemu denganmu lagi. Maaf. Dari sini kudoakan semoga kau tabah dan semoga kau berubah dengan ini.
Itu saja.

210711

posted under | 0 Comments

Mudah Saja




Mudah Saja

Lucia Dwi E

"Apa kabar?"

Sepotong kata tanya kau bebaskan di udara. Memenuhi kamarku, memantul-mantul di dinding yang begeming. Jam tua menggantung di sebelah pigura coklat berisi kata mutiara ''love is so short, forgeting is so long'' itu kata-kata Neruda. Jarum jam yang pendek dan gendut menunjuk angka 12 sedangkan jarum yang kurus panjang menunjuk angka 3.

Di luar sudah gelap. Hawa dingin merasuk lewat kulitku lalu menembus hatiku. Di luar dingin, aku menggigil.

Sepotong kata tanya "Apa kabar?" yang kau ucapkan dari seberang sana terdengar sangat menyakitkan. Apalagi kata itu keluar dari bibirmu dengan nada datar tanpa perasaan.

"Apa kabar?"

Aku tahu perpisahan ini begitu mudah untukmu. Sangat mudah bagimu untuk pergi meninggalkanku. Tapi bagiku tak pernah mudah. Tak akan pernah mudah andai kau tahu Fir..

***

Cintamu ga akan pernah membebaskanku

Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain saat sayap-sayapku telah patah karenamu Cintamu akan tetap tinggal bersamaku hingga akhir hayatku

Kau pernah mengirim pesan singkat itu. Pesan yang membuatku melayang-layang di udara saking bahagianya, saking tersanjungnya. Aku mencintaimu. Sangat.

Aku mencintaimu tanpa tahu apa dan bagaimana. Aku hanya tahu hatiku mencintaimu. Itu saja. Tak perlu alasan karena bagitu tidak perlu ada alasan untuk mencintai.

Dulu kukira kau mencintaiku dengan tulus sebagaimana aku mencintaimu. Kukira sayapmu benar-benar telah patah untukku. Tapi aku salah. Jika ada seseorang dengan sayap patah. Itu adalah aku. Aku telah mematahkan sayapku sendiri untukmu tapi kau malah terbang mencari cinta lain.

Malam itu adalah malam paling kejam. Malam saat kau membuka semua topeng yang kau pakai.

“Aku tidak pernah mencintaimu Za. Selama ini aku hanya memanfaatkanmu. Aku hanya mempermainkanmu. Saat aku bilang aku mencintaimu. Semua itu palsu. Aku hanya berpura-pura. Selamat tinggal.”

Dan detik itu juga langit seperti runtuh dan hatiku menyerpih.

Tidakkah kau mengerti? Tidakkah kau rasakan betapa besar gelombang cinta yang kukirimkan?Ah! Sepertinya kau memang tidak mengerti. Kau tidak akan pernah mengerti dan kau tidak akan pernah merasakannya. Karena kau tercipta tanpa hati. Kau tidak punya hati.

Dan malam ini setahun setelah kau pergi. Kau dengan tanpa rasa bersalah bertanya “apa kabar?

“Apa kabar? Tidak semudah itu Fir. Semuanya tidak pernah mudah bagiku.

Dan kaupun tidak berhak menanyakan kabarku setelah apa yang kau lakukan.

Kau tidak berhak!! Karena aku tidak pernah baik saja setelah semua yang kau lakukan padaku.

Tuhan
Aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hatiku
Aku bedoa semoga saja
Ini terbaik untuknya

Dia bilang
Kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja.. Cintamu seperti cintaku

Selang waktu berjalan kau kembali datang
Tanyakan keadaanku

Ku bilang
Kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku semakin terluka

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Coba saja lukamu seperti lukaku

Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja cintamu seperti cintaku

Mudah saja...

(SO7-mudah saja)

210711



posted under , | 0 Comments

Kukira

Sebuah cerita akan menemukan jalannya bila kita menuliskannya.

posted under , | 0 Comments

Menjenguk Sophie

Kemarin sekitar jam 13.00 ayah Sophie menelpon mengabarkan kalau Sophie masih belum keluar operasi padahal sudah masuk ruang operasi dari jam 10.00. Saya dan keluarga tentu saja kaget karena tidak diberitahu sebelumny kalau Sophie harus operasi. Separah itukah lukanya hingga perlu operasi? Kami semua di rumah sedih dan kasihan dengan Sophie. Mom saya yang sangat amat sensitif bahkan meneteskan airmata, sedangkan saya hanya berkaca-kaca saja mendengar kabar tersebut.
Sore itu juga saya, Mom, Hilmi dan Siska( sepupu saya), Tante Siti, juga Lek Hardi ( bertindak sebagai Sopir) segera menuju ke RS TNI AL Dr. Ramelan. Sebelumnya Mom memesan 3 bungkus nasi di QC untuk makan keluarga yang menjaga Sophie. Perjalanan dari rumah menuju ke RS AL memakan waktu sekitar 1 jam. 1 jam yang membuat Tante Siti muntah-muntah entah kenapa.
Sampai di kamar Sophie di Pav GII ternyata tamu yang berkunjung tidak boleh masuk ruangan. Kami hanya melihat dari jendela yang terbuka Sophie kecil sedang tidur dengan tangan dan kaki yang di perban, infus yang mengalir ke pergelangan tangannya, obat yang dialirkan entah dimana dan ketiter untuk menampung pipisnya. Dari jendela kaca kami bisa melihat wajah Sophie yang dikelupas saat operasi tadi. Wajahnya jadi menyeramkan, seperti di kuliti.
Ketika Sophie terbangun dan melihat ke jendela kami cuma bisa berdada-dada ria ke arahnya sambil senyum-senyum gag jelas seperti fans ketemu artis.
Sekitar jam 20.00 kami memutuskan pulang karena sudah tidak tahan luntang-luntung gag jelas di depan kamar Sophie.
Cepat sembuh ya Sophie sayang......
Semoga luka itu tidak berbekas...
Amiiin..

posted under | 0 Comments

Meninggalkan Luka

Adalah kebosanan dan rasa sia-sia yang mengembang saat kutuliskan tentang luka-luka.
Sedang disana ketidakpedulian meraja. Sepercuma ini maka tak ada yang layak diteruskan.
Maka apalah yang paling masuk akal selain pergi dan meninggalkan?
Apalah yang lebih berlogika dari menyumbat luka-luka.
"SELAMAT TINGGAL"
Berkali-kali kuucapkan...
"SELAMAT TINGGAL"
Kali ini akan benar-benar...


F,190711
: sambil diiringi lagu (bukan) Peterpan 'Yang Terdalam'

posted under , | 2 Comments

Masih Tentang Luka


Dulu, pada bagian namamu aku pernah mati membaca pertanda.
Kini, saat arah-arah terbuka aku menjadi mati menyusuri luka.

F, 180711

posted under , | 0 Comments

Ingatan Tentangmu Masih Saja Menjelma Mual di Kerongkonganku

Ingatan tentangmu masih saja menjelma mual di kerongkonganku. Wajahmu adalah pemicu utama karena mengabarkan lagi tentang luka dan luka. Maka, pabila bayangan saja sudah memuakkan apalagi sebuah pertemuan. Pasti muntahan darah bukan?
Maka jangan pernah menampakan lagi wajah palsumu di kelopak mataku. Jangan menciptakan dering-dering lagi karena pasti akan berakhir dengan satu tombol tolak. Tidak akan ada lagi percakapan manis. Tidak ada lagi candaan. Tidak ada kerinduan. Semua telah meluruh pada luka-luka yang kau tinggalkan.
Kau mungkin tidak mengerti. Kau memang tidak pernah mau mengerti dan tidak akan pernah mengerti.

F,180711

posted under , | 0 Comments

Sophie Sayang Sophie Malang

Kemarin, semua terkejut saat mendengar kabar Sophie-sepupu terkecil di keluarga besar saya- terbakar. Berita yang disampaikan ayah Sophie lewat telepon ini sontak menghebohkan seisi rumah. Ayah saya yang saat itu sedang menjaga Toko segera memanggil Mom dan menceritakan kejadiaan terbakarnya Sophie. Ayah segera berganti pakaian dan menuju rumah Sophie untuk mengantar Sophie ke RS Ibnu Sina di Bunder, sedangkan aku dan Mom menunggu cemas di rumah. Beberapa jam kemudian ayah mengabari kalau RS Ibnu Sina tidak sanggup mengatasi luka bakar di sekujur tubuh Sophie yang levelnya 50%. Akhirnya Sophie, si kecil yang hitam manis itu dirujuk ke RS AL Dr. Ramelan Surabaya. Berhubung ayah tidak seberapa hafal jalan Surabaya maka Sophie diantar orang yang bertanggung jawab atas terbakarnya Sophie, sedangkan ayah pulang ke rumah dengan motor orang tersebut.
Bagaimana kejadian seperti ini bisa terjadi? terbakar? Sampai sekarang aku juga belum jelas. Sedikit yang aku tangkap. Tetanga sebelah Sophie membakar sampah dengan menggunakan bensin dan entah bagaimana aku juga tidak mengerti apinya sampai ke tubuh mungil Sophie dan membakar sekujur tubuhnya. hmm aku merinding saat menulis dan membayangkan ini.
Tetangga Sophie inilah yang kusebut orang yang harus bertanggung jawab atas terbakarnya Sophie
Malamnya Ibu dan saudara-saudara menjenguk Sophie di RS. Saya sendiri tidak ikut karena harus menemani kakak saya di rumah. Selain itu space mobil Karimun kami yang terbatas juga menjadi alasan saya tidak ikut.
Sekitar jam 12 malam ibu pulang dari RS dan menunjukkan foto Sophie yang diperban di tangan, kaki dan wajahnya. Saya bergidik dan tidak tega saat menyaksikan foto itu. Kata Ibu Sophie yang sakit itu tidak merengek, tidak menangis dan hanya diam. Anak sekecil itu, kejadian semenyeramkan ini, luka seluas itu.
Semoga cepat sembuh Sophie. Semoga kulitnya bisa kembali seperti semula. Semoga kamu tidak trauma dan tetap ceria

180711

posted under , | 0 Comments

Sekedar Pengingat


Naik kereta api tut tut tut/ siapa hendak turun/ ke Bandung/ Surabaya/ naiklah semua dengan percuma/ ayo kawanku lekas naik/ keretaku tak berhenti lama//


Kenapa tiba-tiba saya menulis lagu anak-anak ini. Hehe. Jawabannya adalah karena seminggu kemarin saya pergi ke Bandung dan Jakarta naik si roda besi ini. Saya pergi kesana bersama teman-teman farmasi satu angkatan dalam acara Study Excursi. Rombongan dibagi dua, yakni rombongan kelas eksekutif dan kelas bisnis. Dan ya...berhubung saya orangnya hemat, tidak suka AC dan suka merakyat (alasan! Padahal sebenernya karena gag punya uang) saya memutuskan untuk ikut rombongan bisnis saja.

Dari stasiun Gubeng kereta api Mutiara Selatan melaju menuju Stasiun kota Bandung. Jadwal keberangkatannya jam setengah 5. Jadi dari jam setengah 4 kami sudah stand by disana. Sambil menunggu kamipun berpoto-poto narziz di stasiun.

Kereta memang tidak berhenti lama dan berangkat sesuai jadwal. Kereta tidak akan menunggu orang yang telat. Dan ini membuat salah satu teman ketinggalan kereta bisnis sehingga terpaksa dia harus menyusul kami dengan kereta eksekutif yang tentunya harus bayar mahal.

Sekitar jam 8 kami sampai di stasiun kota Bandung. Disana sudah menunggu 3 bus yang kami sewa. Saya bersama teman-teman kelas D berada di bus 3. Berbekal cuci muka dan gosok gigi saja, tanpa mandi, kami langsung menuju salah satu perusahaan farmasi di Bandung yaitu PT Lucas Jaya. Di sana kami disambut dengan ramah oleh bu Bekti (lulusan Farmasi Unair), Bu Lucy(direktur perusahaan), pak Fery (yang mirip Dimas Andrean), Bu Ida, serta Bu Ana. Semuanya ramah-ramah. Disana kami diajak berkeliling untuk melihat proses produksi obat-obatan. Mulai dari mixing, filling, pengemasan, QC, sampai percetakan kardus kemasanpun mereka tunjukkan.

Perusahaan Lucas jaya ini ternyata membutuhkan banyak tenaga farmasi. Sayang sekali kami belum lulus jadi tidak bisa melamar pekerjaan disana.

Setelah berkunjung ke lucas jaya, kami segera menuju ITB. Di sepanjang perjalanan saya melihat banyak makanan-makanan khas bandung seperti cimol, batagor dll( huu..jadi pengen cimol..udah lama gag maem cimol)

Sesampainya di ITB, kami langsung menuju Sekolah Farmasi ITB. Disana kami disambut oleh Himpunan Mahasiswa yang ramah-ramah. Setelah dikumpulkan dan diberi sedikit arahan tentang sekolah farmasi itb oleh bapak wadek kamipun diajak berkeliling oleh teman-teman HIMA farmasi ITB. Di ITB dari semester 3 sudah di bagi antara farmasi klinik dan teknologi farmasi. Di SFITB ini banyak sekali laboratorium-laboratorium, dan kesan yang kami dapat adalah. Laboratorium disini banyak tapi kecil-kecil, dan sepertinya dibedakan berdasarkan mata kuliah. Misalnya saja ada laboratorium parasitology, lalu ada farmakology, lalu ada farmakognosi sendiri, lalu bahan alam sendiri, tidak seperti di UNAIR yang laboratoriumnya bisa dihitung jari karena pembagiannya berdasarkan departemen-departemen. Oiya saya menemukan hal menarik disana yaitu dipajangnya foto-foto alumni dari jaman bahula sampai alumni yang baru saja lulus. Tapi diantara ribuan foto itu saya tidak menemukan satupun yang saya kenal. Hehe,..

Selesai berkeliling SFITB kamipun berpoto-poto narziz dia area ITB. Lalu kuliner beli cireng dan otak-otak ikan yang murah meriah tapi enak bangeet.

Dari ITB kami bertolak ke hotel BUMI ASIH di jalan Soekarno Hatta Bandung. Hotelnya cukup nyaman dengan 2 bed, kamar mandi air panas, juga TV kabel. Sebenarnya malam hari adalah acara bebas saya dan teman-teman sekamar berencana pergi ke salah satu pusat distro di Bandung. Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam perjalanan hotel-ciampelas sekitar setengah jam, saya dan teman-teman luntang-luntung di depan hotel karena bingung mau naik kendaraan apa. Akhirnya kami naik taksi. Sayangnya pak taksi yang ramah tidak mencerminkan kebaikan hatinya. Kami ditipu mentah mentah karena kami buta daerah Bandung. Kami diputar-putar Bandung hingga saya sampai sesak napas melihat argo yang terus menanjak. Sesampai di Ciampelas ternyata toko-toko sudah tutup semua. Cuma tersisa 1 toko dan pedagang2 emperan yang masih buka. Karena sudah jauh-jauh dan bayar mahal ke Ciampelas kamipun menikmati saja memilih-milih kaos di pedagang emperan. Lanjut ke Ciwalk. Salah satu mall di Bandung. Ah! jauh-jauh ke Bandung cuma nge-mall rasanya koq sia-sia banget karena di Surabaya saya sudah bosan dengan 'wisata mall'.

Pulangnya untung saja kami bertemu dengan rombongan teman-teman yang nyarter angkot, kamipun mengikutkan diri dari rombongan(maaf ya..angkot jadi sesak karena kedatangan kami bertiga..heheh). Sampai di hotel sekitar jam 11 kami langsung beristirahat. Sayangnya kami menginap di hotel yang nyaman itu cuma sebentar. Karena pagi-pagi sekali (jam 5) kami harus check out. Dan langsung menuju jakarta.

Yang menarik dari jalanan jakarta adalah bajaj dan bus transjakarta.

Mengenai bus transjakarta ini memang banyak sekali pengguna jalan yang melanggar lalu lintas dengan masuk ke busway, pelanggaran ini mereka lakukan terutama saat ada bus trans lewat, maka dibelakangnya akan ada banyak pengendara mobil atau motor yang masuk busway. Keluar Tol Cikampek-Jakarta kamipun menuju salah satu perusahaan kosmetika terbesar di Indonesia yakni PT Martinda Berto yang lebih kita kenal dengan nama Martha Tilaar.

Di MT kami dijelaskan tentang sejarah berdirinya MT sampai prestasi-prestasi MT dari tingkat Nasional sampai Internasional. Selanjutnya, karena kami mengunjungi perusahaan kosmetika maka ada acara demo tata rias, dan yang menjadi korban kejahilan anak-anak farmasi adalah dosen kita yang paling cantik, bu Dini. Bu Dini ditunjuk anak-anak farmasi yang jahil sebagai model tata rias. Hehee. Tapi Bu Dini kan dasarnya cantik jadi mau digimanain juga bakalan cantik. Model kedua adalah wahyu yang beruntung dipilih teman-temannya yang jahil. Di MT ini masing-masing kita mendapatkan voucher senilai 30 ribu yang bisa ditukarkan dengan produk-produk MT. Setelah menukarkan voucher, kami lalu diajak berkeliling melihat proses produksi alat-alat kosmetika seperti bedak, lipstick, dll ada juga museum MT...ya mirip-mirip di House of Sampoerna gitu...

Dari MT kami bertolak Dunia Fantasi Ancol. Sayangnya kami harus menunggu lama, sekitar 2-3 jam karena ada masalah dengan tiket masuk. Begitu masalah selesai dan kami masuk dufan kami langsung menyerbu tempat-tempat bermain. Pertama kami memilih Halilintar. Permainan ini semacam roller coaster....tapi ini roller coaster paling ekstrem yang pernah saya naiki karena selain kecepatan tingginya juga karena ada jalur dimana kita dibalik 360 derajat. Saya sampai bisa melihat kaki saya berada di atas.

Selanjutnya kami memilih bermain Arum Jeram. Antriannya panjang sekali, kami menunggu giliran samapi hampir setengah jam. Permainan ini tidak seberapa menakutkan. ombaknya tidak begitu besar. Satu-satunya yang kami takutkan adalah takut basah. Hehe.

Setelah arum jeram kami mengincar permainan air selanjutnya yakni niagaragara. Antriannya cukup panjang. Permainan ini seperti roller coaster, bedanya menggunakan semacam perahu dan ada air-airnya. Sebenarnya permainan ini tidak begitu menyeramkan. Tapi pengamanannya minim sekali(cuma berpegangan di kapal) membuat kami deg-deg ser.

Selanjutnya kami menuju istana boneka untuk mengeringkan baju kami yang basah akibat main niagaragara. Di istana boneka kami naik semacam perahu yang berjalan lambat lalu berkeliling menyaksikan boneka-boneka yang berpakaian adat dari berbagai negara. Cukup membuat bosan dan mati gaya sebenarnya. Tapi karena saya bersama teman-teman yang seru dan gila permainan ini jadi menarik. kami bernyanyi-nyanyi dan menari gag jelas. Apalagi beberapa anak yang anarkis pindah-pindah perahu atau mendayung-dayung hingga menabrak perahu di depannya.

Permainan selanjutnya adalah alap-alap. semacam roller coaster dengan jalur yang tidak begitu menyeramkan. Hampir sama dengan roller coaster di jatim park malang. Hanya saja bedanya kami berputar selama sekitar 5 kali dengan kecepatan yang bertambah setiap putarannya. Sukses membuat saya dan teman-teman berteriak-teriak.

Selanjutnya kami melihat ada permainan menyeramkan bernama tornado. Di rombongan hanya saya yang antusias naik wahana ini, yang lain ada yang tidak berani, ada yang sudah pernah dan tidak mau mengulangi lagi. Untungnya saya bertemu teman yang mau main permainan paling seram ini. Saya sempat ragu sebelum akhirnya memutuskan untuk memasukkan baju dan bersiap mengikuti permainan. Tapi tiba-tiba semua lampu mati dan semua wahana dimatikan. Rupa-rupanya ini waktunya pesta kembang api. Kamipun menatap langit dan melihat kembang api aneka warna yang meluncur ke langit. Hampir 10 menit pertunjukan kembang api ini mengindahkan langit. Begitu kembang api habis, teman-teman mengajak naik histeria.

Wahana yang tidak kalah menantang. Diantara 8 orang rombongan saya hanya 3 orang yang berani naik wahana ini. Dan tentu saja saya termasuk kelompok yang berani itu.

Ternyata asyik banget naik permainan ini. Apalagi pas pertama dijatuhkan. Wuih...sampai gag bisa teriak. Seperti melayang. Seperti bunuh diri masuk jurang. Tapi asyik bikin ketagihan. Saya sendiri mencoba permainan ini 2kali, anak kecil SD disamping saya malah mengaku mencoba 6 kali dan sempat-sempatnya menyuruh saya melepaskan tangan saat diatas sono.

Pokonya Histeria ini jadi permainan favorit saya. Cocok untuk olahraga jantung. Ehhe...

Dari dufan kami menuju hotel Atlantik untuk beristirahat. Hotel ini tidak sebagus hotel Bumi Asih. Fasilitasnya kurang lengkap. Entah! Saya merasa kurang nyaman di Hotel ini.

Pagi, jam 6 kamipun check out dan melanjutkan kunjungan ke rumah sakit Dhamais. RS Dhamais adalah Rumah sakit khusus penderita kanker. Letaknya persis di sebelah RS Harapan kita yang khusus bagi pendirita Jantung.

Dari depan RS Dhamais ini seperti hotel saja. Ruang daftar pasiennya mewah. Tapi sejak dulu saya tidak suka rumah sakit. Saya tidak suka harus melihat penderitaan dan kesakitan disana.

Ternyata FFUA sudah sering melakukan kunjungan ke RS ini. Kami disambut dengan ramah. Diperkenalkan dengan profil Rumah sakit dan peran farmasis di RS ini. Setelah itu kami diajak berkeliling menyaksikan counter apotek, pembuatan obat, pencampuran obat dll.

RS Dhamais ini ternyata memproduksi beberapa obat unggulan diantaranya adalah obat PEG yang diperuntukkan untuk membersihkan perut sebelum kemoterapi, lalu ada obat untuk menghilangkan bau pada luka. Dll.

Yang menarik adalah pencampuran obat-obat injeksi yang dilakukan di ruang steril. Berhubung obat kanker bersifat karsinogen maka petugas memakai baju khusus yang melindungi seluruh tubuhnya. Selain itu pencampuran dilakukan di lemari khusus(lupa namanya) yang bertekanan negatif sehingga udara dari dalam tidak bisa keluar.

Selesai melihat-lihat segala hal tentang farmasi dan obat-obatan kami dibawa ke Ruang inap khusus anak.

Disana saya melihat anak-anak kecil yang semua rambutnya sudah gundul karena sering melakukan kemoterapi. Anak kecil-kecil yang tetap ceria karena mereka belum mengerti kalau sedang sakit dan umurnya mungkin tidak lama.

Di lorong menuju perpus ada majalah dinding yang isinya surat dan puisi-puisi para orang tua yang mengungkapkan perasaannya saat mengetahui anaknya mengidap kanker. Ada juga surat dan puisi dari orang tua yang anaknya sudah meninggal karena kanker.

Membaca surat-surat itu dan menyaksikan sendiri bagaimana wajah penderita kanker membuat sebagian besar diantara kami meneteskan airmata. Entah! saya sendiri merasa kasihan, anak sekecil itu sudah harus menjalani kesakitan-kesakitan dan pengobatan-pengobatan yang menyiksa.

Dari RS Dhamais kami menuju Monas. Kami langsung memilih-milih oleh-oleh disana. Sayangnya saya tidak sempat berfoto di depan monas karena waktu yang terbatas. Hu! Emane...

Dari monas kami menuju stasiun senen. Kereta gumarang yang kami naiki tiba distasiun Senen jam 6 sore.

Di kereta terjadi masalah kecil dengan penumpang ilegal yang ngotot duduk di tempat yang udah jelas-jelas kami booking.

Tapi untungnya bisa diselesaikan dengan damai.

sepanjang perjalanan karena tidak merasa mengantuk. saya dan beberapa teman memutuskan bermain kartu sampai sekitar jam 12 malam sebelum akhirnya tertidur kelelahan. Pagi sekali saya bangun dan Tuhan seperti mendengar doa saya. Di stasiun Cerme kereta gumarang ini terjadi kres sehingga berhenti. hehe padahal harusnya kereta ini tidak berhenti karena Cerme adalah stasiun kecil. It's my big lucky God answer my pray...hohoho

Sampai jumpa Bandung Jakarta....Saya akan kembali.,,,entah kapan....

Gambar comot disini

170711

posted under , | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Facebook Dunia Uchi

Mencari Jalan

Tanpa kompas bagaimana menentukan arah? Barat, timur, utara, selatan makin sering tertukar.
Dimana-mana aku mati membaca pertanda. Selalu.

Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, east Java, Indonesia
Seorang mahasiswa yang suka menulis apapun...

Total Tayangan Halaman

Followers

    Menulislah! Selama kamu tidak menulis, kamu akan hilang dalam arus pusara sejarah

    Menulislah! Selama kamu tidak menulis, kamu akan hilang dalam arus pusara sejarah

Recent Comments